Thursday 3 September 2009

IBUKU DAN AKU, SI CALON BAYI DENGAN PITA MERAH

Ibu… apakah aku memang harus terlahir?
Dan apakah aku akan keluar dari ruang sempit ini dengan keikhlasanmu?
Ikhlas atas virus yang kubawa hingga mati nanti
Itukah alasan degupan jantung yang kudengar tiap hari
Jantung yang berdetak keras penuh kecemasan…
Penuh kekhawatiran…

Ibu… andaikan aku bisa menyusun skema hidupku sendiri
Mungkin kamu tak harus menitikkan airmata diatas dinding yang melindungiku
Mengusapnya perlahan agar aku tak ikut bersedih
Kamu juga tak perlu berharap virus itu menghinggapiku
Atau mengambil riwayat hidupku kelak
Tanganmu kembali menggapai puncak perutmu… mengusapnya sekali lagi

Ibu… waktuku untuk ada didekapmu tinggal sekejapan mata
Selalu merasakan betapa hangatnya kasihmu
Agar bisa mengganggu ketenanganmu dengan tangisku
Membelai wajahmu melalui tangan kecilku
Untuk bisa menatapmu lekat setiap aku bangun
Agar terbiasa mencium aroma tubuhmu saat aku tergendong Ayah

Ibu… jika aku keluar nanti, tolong lahirkan aku dengan selamat
Dengan segenap perjuanganmu
Dengan seluruh erangan yang menyakitkan itu
Agar aku bisa melihatmu, Ibu… mendengarkan kumandang adzan Ayah dipelukanmu
Serta biar dunia tahu, aku tak terdiskriminasi
Walau aku membawa virus mematikan, HIV AIDS

No comments: