Thursday 3 September 2009

Sungguh aku mencoba sabar

Di ambang akhir permulaan...
Asaku menguap dalam seribu bunga api
Terangnya kuharap juga jadi milikku
Bisingnya semoga juga mencairkan kebekuan hatinya

Di batas cakrawala pagi...
Ratapku menerawang harapan yang benar-benar nyaris jadi impian
Dalam doa kuhaturkan keinginan terdalamku
Agar diizinkan untuk menyayanginya dalam arti sebenarnya, bukan yang lain

Di setiap renungan fajar...
Aku berkaca pada setiap cerita baru yang selalu kurangkum di memo mejaku
Pada nada yang selalu menemukan temponya di atas piano
Dan aku mendapati cerita baru dirinya dalam nada hati orang-orang yang peduli

Sungguh aku mencoba sabar...
Membiarkan nadi mengalirkan darahnya untuk tetap hidup demi kehidupanku

Sungguh aku mencoba sabar...
Menunggu fakta yang terbungkus rapi dalam hatinya

Sungguh aku mencoba sabar
Menahan perih saat pintu yang bertuliskan belahan jiwa dihatinya tertutup

Sungguh aku mencoba sabar
Menemukan kunci maaf yang bisa membuka pintu hatinya

Sungguh aku mencoba sabar...
Seperti yang dia lakukan padaku dahulu ketika tahun masih terlihat muda

Sungguh aku mencoba sabar...
Demi dia yang rela memberikan sebagian waktu hidupnya untukku sebagai sebuah kesabaran hidup yang perih, yang mengharuskan dia menghentikan nadinya, yang mengharuskan dia menipu hatinya, yang mengharuskan dia menutup pintu hati dan membuang kunci maaf yang harus aku temukan sekarang agar dia bisa kembali menyayangiku dalam arti sebenarnya...

No comments: