Monday 21 December 2009

jika dengan memaki, maaf itu akan terucap

Sesuatu yang cukup besar menghantam pilu relung logika...
Suasana mendadak sedingin es di kutub utara...
Nafas pun menderu mengikuti derap jantung yang marah dengan cepatnya...
Kehangatannya hilang sekejap...
Mata teduhnya serentak lenyap berganti tajam dan penuh tendensi...
Mungkin telinganya telah hampa terusik kata dan permohonan maaf...
Aku sempat terdiam jika ini salah dan murni perbuatanku...
Tapi ini adalah mata pisau yang sebelumnya terhunus lebih dalam...
Apa jika memaki aku akan terlihat dimaafkan...
Apa maaf itu kan datang dari jejak kealfaanmu...
Apa aku harus tetap diam dan menyimpan juga kecewa ...
Maki aku lebih keras jika kau mampu... Jika itu memang akan membuatmu reda...
Jika aku jadi kau...
Aku bukan kau tetap bukan kau...
Hendakkah kau memakiku... Aku sudah biasa... Meski pasti tahu kan sakit...
Lengkapilah makianmu seraya mata yang terus menohok perih...
Serta dentuman keras yang menghantam hatiku...

Tuesday 8 December 2009

cuma-cuma...

cuma kaki-kaki kecil yang tak bertuan yang suka menginjak hak-hak orang

cuma ratu-ratu kacangan yang bertahtakan kilau berlian yang suka memamerkan barang-barang jarahan yang mereka aku itu hadiah

cuma mata-mata yang terlihat begitu berkaca-kaca melihat peristiwa tapi sementara tangan-tangan mereka sibuk mengutak-atik telepon selular keluaran terbaru

cuma warna-warna gelap yang boleh hidup kala siang dan malam sedangkan warna-warni ditiadakan lagi dalam lingkaran

cuma teman-teman yang tak berhati yang tak mampu meredam ego dan kemarahan lantas mengagung-agungkan balas dendam hanya karena kurang informasi dan pemahaman

cuma gara-gara ini saya menulis apa yang tak pernah ingin saya tulis...